Jangan Bedakan Saya....


Saya termasuk orang yang menyetujui kesetaraan perlakuan dalam proses pendidikan, juga mendukung penuh pemerataan kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Meski begitu, tentu saja saya juga sepakat bahwa pendidikan yang adil bukan berarti semuanya harus serba sama dan serba dipukul rata.

Perbedaan dalam memperlakukan siswa, entah karena melihat status sosial, kemampuan ekonomi orang tuanya, atau meskipun karena tingkat kepandaiannya, hingga lebih memperoleh porsi perhatian sekolah, adalah sesuatu yang memprihatinkan. Bagi saya, hal seperti itu akan membawa dampak tidak baik bagi siswa didik sendiri, juga menggerus kredibilitas institusi pendidikan sendiri.

Saya sendiri lantas teringat pada kisah seorang anak, terjadi kira-kira tahun 1985-an. Anak tersebut adalah siswa pindahan di kelas 4 yang baru saja menginjakkan kaki di sebuah sekolah dasar favorit di Kota Manis, Ciamis. Sebelumnya ia bersekolah di Bandung dan kini mengikuti kepindahan tempat berdinas orang tuanya.

Sang anak sudah duduk tenang dan mulai mengikuti rutinitas proses belajar mengajar. Seorang Ibu Guru yang nampak senior dan berwajah serius, bahkan terkesan galak, mulai mengabsen nama-nama siswa. Sang anak baru tak berpikir macam-macam, meski masih gamang tapi berusaha menyamankan dirinya.

“Regina…,” seru Bu Guru, disahuti oleh suara anak yang dipanggil. Satu persatu nama-nama disebutkan dengan lancar, dijawab oleh siswa yang hadir.

Sampailah pada gilirannya. Bu Guru yang tampak galak tersebut, tiba-tiba saja berubah raut muka dan nada suaranya.

“Cep Aria Santana….“

Begitulah. Siang harinya seorang anak merajuk pada bapaknya. Marah dan tak terima. Ia bahkan meminta untuk ‘dikembalikan’ ke Bandung lagi. Baginya, penyebutan kata ‘cep’ sebelum namanya bukanlah sebuah kehormatan, sebaliknya malah membuat malu dan sangat tidak nyaman. Bapaknya dengan tenang mengajak bersabar dan berjanji akan menyelesaikan masalah itu.

Esoknya, pagi hari. Sekolah mendadak heboh. Tak tiap hari orang nomor satu di Ciamis datang berkunjung, apalagi tiba-tiba. Bupati H. Momon Gandasasmita ‘menyerahkan kembali’ putranya ke pihak sekolah, dengan permintaan sederhana.

“Saya mempercayakan semuanya pada Ibu Bapak Guru di sini, Pak, Bu,... tolong jangan dibeda-bedakan karena dia anak siapa. Mangga dididik seperti lazimnya….“

Pada akhirnya, pendidikan yang baik memang yang humanis dan seimbang. Sesuatu yang berlebihan, bagaimanapun, tak akan membawa kebaikan.

Wallahu a’lam.

Post a Comment

1 komentar:

  1. Casino Royale - Live Dealer Games - Virgin Games
    Casino Royale is a https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ live casino with a large, eclectic portfolio septcasino of casino games. Players jancasino can ventureberg.com/ play this game with goyangfc live dealers,

    BalasHapus